KARAWANG || Patriotjabar.com – Rutilahu merupakan program pemerintah yang bertujuan memperbaiki rumah-rumah yang kondisinya tidak memenuhi standar kesehatan dan keselamatan. Namun, kenyataannya di lapangan, banyak warga tidak mampu di sejumlah kecamatan yang hingga kini belum mendapatkan bantuan meski rumah mereka dalam kondisi roboh.
Di Kecamatan Rengasdengklok, Ibu Rohana (60) adalah salah satu warga kurang mampu yang luput dari perhatian pemerintah. Rumah yang dihuni bersama keluarganya saat ini tergolong tidak layak huni dan sangat memprihatinkan. Suami Rohana pun hanyalah pekerja serabutan dengan penghasilan Rp. 20 ribu setiap harinya. Namun, walaupun begitu mereka terlihat mensyukurinya. Selasa (22/07/2025)
Pantauan media, serapih apapun Rohana dan suami menyembunyikan kesedihannya, tetap saja nampak kekecewaan terpancar di wajahnya, karena program Rutilahu (Rumah Tinggal Layak Huni) yang dijanjikan belum menyentuhnya, padahal dirinya benar-benar butuh.
Dalam wawancara dengan media di kediamannya, Rohana mengungkapkan bahwa pada saat itu rumahnya pernah dikunjungi oleh RT (Rukun Tetangga) setempat.
“Waktu itu, di survai oleh pak RT bilang katanya dapet bantuan rutilahu. Tapi nyampe sekarang tidak pernah ada kabar,” keluhnya.
Berkaitan dengan keluhan yang tengah dialami Rohana, Perwakilan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) GMBI (Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia) Distrik Karawang Bidang Investigasi, Atin Supriatin angkat bicara.
Menurut Atin, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang melalui DPRKP harus sesegera mungkin meninjau ulang keadaan sebenarnya yang sedang dialami Rohana.
Rumah Rohana yang terletak di Dusun Bojongkarya 1 RT 01 RW 01, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pasalnya, rumah yang dihuninya bersama keluarga saat ini tergolong tidak layak huni dan cukup memprihatinkan.
Kemudian, ditegaskan Atin, Rohana merupakan warga yang kurang mampu dan pekerjaan suaminya pun sehari-hari hanya serabutan dengan berjualan sayuran dengan berpehasilan Rp. 20 ribu per harinya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya akan jauh dari cukup. “Namun, meskipun dengan penghasilan serba kekurangan, mereka tetap mensyukuri, yang penting halal,” ujarnya.
Selanjutnya, Atin juga menggambarkan bahwa kondisi rumah yang saat ini dihuni Rohana, sebagian besar adalah material papan, atap yang bocor saat hujan, serta dapur seadanya.
“Fenomena tersebut menjadi saksi bisu kegigihan mereka untuk terus berjuang demi keluarga. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah salah satu dari tiga anak mereka yang tinggal di rumah tidak layak huni tersebut mengidap penyakit struk,” jelas Atin.
Jadi, Kata Atin, untuk membangun rumahnya sendiri, rasanya mereka hanya mimpi di siang bolong. “Sepertinya mereka hanya bisa berdo’a dan tidak putus asa untuk terus berusaha selagi diberikan kesehatan serta umur panjang dari Allah SWT,” tuturnya.
Jadi kesimpulannya, kata Atin, bahwa program Rutilahu yang digadang-gadang sebagai solusi bagi masyarakat kurang mampu agar memiliki tempat tinggal layak di Kabupaten Karawang, hingga kini masih menyisakan banyak masalah. DPRKP Karawang sebagai stakeholder utama pelaksana program ini, justru pantas dikritik karena lamban dalam menindaklanjuti kebutuhan warga.
(Ifan)