Salmah Suci Penjual Nasi Uduk Cantik di Purwakarta

Berita, Daerah640 views

Purwakarta || Patriotjabar.com – Salmah Suci (17), gadis kelas 3 SMAN 3 Purwakarta jurusan IPS, tak mengenal kata gengsi untuk membantu orang tua. Gadis cantik ini berjualan nasi uduk di warung kecil milik ibunya, mantan guru honorer yang terpaksa berhenti lantaran usia.

Salmah merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dia memiliki satu kakak dan dua adik. Adik yang paling kecil duduk di kelas 2 SD. Salmah mulai membantu ibunya berjualan nasi uduk sejak pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020 hingga akhir 2021. 

Saat itu, sekolah online sehingga banyak waktu luang bagi Salmah membantu ibunya. Untuk memenuhi kebutuhan warung nasi uduk, Salmah dan ibunya sering berangkat ke pasar sekitar pukul 04.00 WIB.

Dedi Mulyadi, Wakil Ketua Komisi IV DPR mengajak Salmah dan ibunya berbelanja ke Pasar Senen pada Minggu (16/20/2022) lalu. Kang Dedi memesan 300 bungkus nasi uduk untuk dibagikan kepada pengurus DPD Partai Golkar Purwakarta.

“Saya kan besok ada kegiatan jalan sehat HUT ke-58 Partai Golkar di Wanayasa, Purwakarta. Nasinya saya bagikan untuk teman-teman saya (pengurus DPD Partai Golkar Purwakarta),” kata Dedi.

Diberitakan sebelumnya, kecantikan Salmah Suci ditemukan oleh Dedi Mulyadi saat singgah ke warung nasi uduk di seberang Samsat Purwakarta, seusai berolahraga sepeda keliling Purwakarta. Ternyata, Salmah Suci pelajar kelas 2 SMAN 3 Purwakarta. 

“Kamu teh bener jualan? Gak malu, gak gengsi, cantik jualan nasi uduk?,” kata Kang Dedi, sapaan akrab Wakil Ketua Komisi IV DPR ini menyapa Salmah Suci. “Enggak,” ujar Salmah.

Menurut Salmah, warung nasi uduk tersebut sudah lama buka dan dikelola orang tuanya. Namun sejak pandemi Covid-19, Salmah mulai membantu berjualan karena sekolah online di rumah.

Nasi uduk tersebut dijual seharga Rp. 10 ribu satu porsi dengan lauk seperti orek tempe, telur balado hingga semur jengkol.

Kang Dedi lalu menyarankan agar Salmah menjual nasi uduk tidak menggunakan rice cooker. Sebab hal tersebut akan meningkatkan kadar gula dalam nasi. Terlebih nasi uduk tetap enak disantap meski sudah tidak panas.

Sambil mengobrol Kang Dedi mengajak sejumlah petugas kebersihan dan pedagang yang melintas di depan warung untuk ikut makan. “Biasanya anak seusia ini gengsinya tinggi. Duit pingin tapi kerja gak mau. Tapi eneng hebat, gak gengsian,” ujar Kang Dedi memuji.

Kang Dedi bersedia mengendorse atau membranding warung nasi uduk milik Salmah Suci. Bukan urusan pedagangnya yang cantik, melainkan semangat muda Salmah yang membuat Kang Dedi mau membantu membesarkan usaha kedua orang tuanya.

“Besok-besok harus mulai ditambah (porsi dagangan) karena pasti rame, terus ini harus mulai ditata warungnya agar lebih menarik karena yang jualannya juga anak masa kini (generasi milenial),” tutur mantan Bupati Purwakarta dua periode ini.

Dalam satu hari, Salmah menjual nasi uduk tersebut sebanyak 10 liter. Satu porsi nasi uduk dijual seharga Rp. 10.000,- Sehari Salmah mendapatkan upah dari ibunya sebesar Rp. 30.000,- yang biasa digunakan untuk jajan.

“Aduh jangan jajan dong, mulai sekarang uangnya ditabung. Kalau mau jajan di warung mamah papah aja biar uangnya tetap muter di sini,” kata Kang Dedi.

Menurut Kang Dedi, selain catik Salmah juga memiliki jiwa entrepreneur sehingga patut didukung. Peran orang tua dan sekolah juga dinilai dapat mempengaruhi pola pikir Salmah dalam menatap masa depan.

Sehingga, kata Dedi, setelah usaha orang tuanya turun kepada Salmah maka harus dilakukan pengembangan mulai dari tampilan hingga menu.

“Jangan hanya buka pagi, sore juga buka karena daerah sini sudah rame sampai malam. Jadi pagi nasi uduk meneruskan usaha ibunya, sore eneng bisa buka kafe kecil-kecilan punya usaha sendiri,” ujar Kang Dedi.

Dia pun menceritakan bagaimana saat membranding Sate Cikuda di Subang. Dulu, warung sate tersebut kecil namun memiliki cita rasa yang enak. Sehingga Kang Dedi kerap membawa teman-temannya makan di tempat tersebut.

Lambat laun warung sate tersebut terus berkembang dan semakin banyak masyarakat yang datang. Kini omzet penjualan Sate Cikuda bisa mencapai Rp. 10 juta-Rp. 15 juta per hari.

“Ini juga sama. Ini nasi uduk ini enak dan murah. Saya sering makan nasi uduk dan ini termasuk yang enak dan murah, bukan karena ada si eneng cantik loh,” tutur Kang Dedi.

(Endang)

Komentar